Home » » Cerita Sailendra 5 - Berempat di Gunung

Cerita Sailendra 5 - Berempat di Gunung

Sex di gunung terahir kali aku lakukan saat masih di bangku kuliah. Dulu pengguna facebook belum sebnyak ini dan teman gayku hanya 5-6an orang. Salah satunya Ramadan dan Bagus.

di SMA aku masuk dalam beberapa organisasi salah satunya Pecinta alam. Jadi wajar aku suka naik turun gunung. Langganan kami saat SMA masih gunung yang ada di kota kami. Dari sana kita bisa melihat kota lebih indah.

Karena aku cukup sering kesan bersama sehingga suatu waktu aku kesan hanya untuk bermain sex. Yang aku ceritakan ini saat bersama temanku Ramadan menjelang ujian nasional sekolah.

Tak banya yang kami bawa hanya tas yang berisi jaket, roti, minum, rokok dan korek serta senter. Kami bernagkat jam 3 sore setelah tambahan pelajaran dari sekolah. Perjalanan sampai kaki gunung sekitar satu jam. Sepeda motor kami titipkan di rumah penduduk paling dekat. Kami mendaki setelah magrib.

Perjalanan menuju puncak tidak lama hanya 1,5 jam an. Maklum gunungnya tak terlalu tinggi. Sekitar gunung dikelilingi pohon pinus. Aroma daun pinus kering selalu membuatku bergairah.

Tak banyak basa basi sebelum puncakpun kami sudah berciuman mesra. Di bawah batu besar dekat dengan puncak kami mulai melepas baju satu persatu. Aku tahu jarang ada yang naik ke puncak saat hari biasa. Jadi aman-aman saja.

Awalnya aku dulu yang jadi bot karena aku yang mengajak. Tetapi sebelum sampai klimak ganti Ramadan yang jadi bot. Hingga tiba-tiba ada suara langkah disertai gremicik lonceng.

Tentulah kami berdua segera berkemas dan memakai pakian. Kondom dipenisku saja belum sempat aku lepas penisnya sudah masuk kedalam CD. Lalu segera aku dna ramadan loncat menuju atas sambil melihat siapa yang datang.

Ternyata ada bapak yang mengembala 3 ekor sapi. Memang di sekiat sini banyak leguminase untuk pakan sapi di saat musim kemarau seperti ini.  Aku dan Ramadan hanya berjalan sambil menunduk ke penggala sapi sebagai tanda menghormati. Kemudian dibalas oleh bapak pengembala sapi tersebut.

“habis kecicing di sana?” kata bapak itu mengagetkan kami.

“iya pak, kebelet” palasku singkat.

“sudah di basuh apa belum tadi? Sini kalu belum ini ada air.”

“sudah pak.” Sambil lari menjauh. Takut kalau bapak itu tadi telah tahu apa yang kita lakukan tadi. (maaf sebenarnya percakapan menggunakan bahasa jawa murni yang langsung aku terjemahkan kedalam bahasa indonesia).

Sampai di puncak memang tidak ada satu orang pun. Kami beruda bebas melakukan apa saja. Bahkan kegiatan sex telah terjadi setelah makan malam di puncak. Bahkan kami berbugil ria beberapa saat lamanya sambil menikmati rokok.

Menjelang pagi udara semakin dingin dan ahirnya kami mengenakan baju lagi dan sekarang ditambah jaket. kOndom bekas dan bungkusnya sengaja kami bakar malam itu. Lalu aku  dan Ramadan mengobrol panjang lebar berdua di sana.

Tanpa kami sadari dan kami duga bapak penggembala sapi itu naik kepuncak dan ikut mengobrol bersam kami. Untung kami saat itu sudah mengenakan pakaian lengkap. Kami dan bapak itu berbicara banyak sekali. Sebut saja namanya pak Sapi (lupa namanya). Pak sapi memberi banyak petuah kepada kami.

Dia menceritakan kisah seorang pasangan yang melakukan ML disana dan katanya sang laki-laki penisnya menjadi membesar dan ahirnya meledah. Sedangkan sang wanita ahirnya berbadan dua dan melahirkan anak yang menakutkan. Intinya dia mengetahui apa yang kami lakukan dan melarang kami melakukannya lagi. Dongeng hanya akan menjadi dongeng. Nyatanya aku dan ramadan sampai sekarang masih hidup.

Setalah kejadian itu aku masih beberapa kali datang kesana. Bahkan aku pernah main ber empat disana dengan beberpa teman kuliah. Nyatanya kami baik-baik saja.

Kami turun ke kampung sekitar jam empat bersama pak sapi juga. Sampai di rumah penduduk terdekat pas imsak subuh. Pak sapi menyurh kami mandi besar dulu dirumahnya kemudian sholat subuh di rumahnya. Kami ikuti saja apa katanya saat itu. Lalu kami berdua pulang kerumah dan bersekolah.



Langsung saja tanpa aku ceritakan seting tempat. Kejadian itu setelah ujian nasional. Aku dan ramdan tidak perlu belajar lagi karena kami sudah di terima di Universitas ternama. Saat itu aku dna ramadan mengajak Bagus dan teman gay kami yang bernama Upin (nama samaran).

Upin ini orangnya gundul, tinggi tapi kerempeng. Kami kenal dari agus. Intinya malam itu aku berhasil pinjam tenda kepada teman. Jadi kami bisa bermain sepuas hati. Jarang jarang lo bisa bermain ber empat. Biasanya bertiga saja sudah cukup.

Awalnya aku dipasangkan dengan Upin. Upin minta jadi top dan aku jadi bot. Karena gelap ga pakai penernagan sama sekali aku sama sekali ga tahu tubuh upin ini. Saat penetralisir ya biasa-biasa saja lalu saat jari tengahnya upin dimasukkan pantatku rasanya geli-geli bagai mana... jari-jarinya ada bulu-bulunya jadinya menimbulkan sensai-sensai. Jelas aku terangsang berat saat aku mau mengocok penisku oleh si upin ini dilarang, sebelum memegang penisku tangnku selalu di pukulnya.

Jelas saja tidak adil, aku tidak bisa menikmati sensasi yang lebih. Agak marah waktu itu, aku menganggap si upin ini keetrlaluan. Tetapi sensasi di anusku malah menjadi-jadi saat tanggannya di putar-putar. Merinding disko sampai keubun-ubun nikmatnya. Sampai-sampai aku tak memperhatikan apa yang dilakukan Ramadna dan agus di sampingku. Tataku hanya terpejam menikamati anusku, sensistif sekali rasanya penisku malam itu.

Walau nikmat tiada tara tapi karena penisku tidak ada yang menyentuh makan tak kunjung berhenti nikmatnya. Menjadikan peisku sakit menahan tegangan tinggi, karna ga tahannya si upin aku tampar beberapa kali. Habisnya penisku tidak di jamah sama sekali. Cuma pantat dan peunting dan bibir saja yang dijamahnya.

Hingga ahirnya aku di suruh berbaring bukan nungging. Saat mau berbaring itu aku sempat memegang penisku sebentar, rasanya nikmat, tapi sayang si upin ini menarik tangnku dan kedua tangannya memegang kedua tanganku.

Aku tahu posisi berbaring itu agak susah dilakukan tetapi si upin ini menginginkannya. Berlahan-lahan penis upin masuk dan aku baru tahu kenapa, penis si upin ini melengkung seperti pisang ternyata. Menimbukna rasa gesekan sensasi di anus terasa berbeda. Melayang-layang lagi ahirnya. Karena waktu itu yang aku tahu hanya bentuk penis yang lurus.

Berkali-kali aku menikmati sensasi dari si upin ini. Penisku tanpa sengaja ahirnya meluntahkan lahar di tikar karena kenikmatan dan gesekan penis dengan tikar. Sangt nikmat.

Hingga ahirnya si upin juga mengelurakan kenikmatannya. Saat dia minta ganti posisi aku bilang, aku tidak sanggup. Mau bagai mana lagi penisku sudah menyembur keluar.

Ronde kedua terjadi setalah makan roti bersama. Ronde kedua aku dipasangkan dengan Ramadan, karena sudah bisa ya terasa tidak apa-apa. Malah kami tidak melakukan apa-apa dalam keadaan telanjang, kami berdua hanya mengobrol sambil melihat bagus dan Upin, karena Baguslah yang sebenarnya masih terangsang malam itu.

Menjelang pagi aku kebelit kencing aku bangunkan orang yang disampingku yang ternyata si upin ini. Kuajak dia kencing agak jauh dari tenda agar tenda tidak pesing. Bukannya tidur lagi, setalh kencing si upin ngajak main lagi di luar tenda.

Ahirnya bukan aku saja yang main tetapi semua ikut main. Kami berempat bergantian jadi top. sistemnya saat itu satu top tiga bot. Jadi siap yang jadi top harus bergantian memasukkan lubangnya ke tiga bot. Dimulai dari aku, Bagus kemudian Ramadan dan kemudian si Upin.

Sepertinya saat si upin jadi top sudah pagi karena aku mendengar azan subuh. Bukan aku saja yang menikmati sensai si upin ini tetapi semunya. Penisnya masuk ke pantan Ramadan,tangan kanannya ke aku dan tangan kirinya ke Bagus. Walau aku mendapat tangan aku akui aku menikmatinya dan Baguspun sepertinya juga. Nyatana kita bertiga ngaceng lagi.

Baru jam 8 kita turun ke bawah. Bukan untuk pulang hanya sekedar mandi dan pup saja. Setelah itu naik lagi menikmati indahnya hari. Besoknya kita baru pulang. Malamnya kami tidak main sex lagi. Habis ada beberapa anak juga yang ikut kemping. Tapi tengah malam tangan si upin meraja lela ke pantat kami hahha...


Oh iiya si upin ini sebenarnya Cuma pedagang sayur keliling


0 komentar:

Posting Komentar