Home » » Tawanan Suku Homoseks

Tawanan Suku Homoseks

Oleh Indoboy

Usman perlahan-lahan membuka matanya. Ditatap sekelilingnya. Perahunya sudah terdampar di pantai pasir dengan air jernih. Langit masih mendung, dengan hujan rintik-rintik. Mungkin sudah berjam-jam dia tertidur di atas perahunya. Dengan lemas, dia beranjak dari perahunya. Dia berjalan menusuri pantai nan indah itu. Ditelusurinya keadaan disekitarnya. Terlihat hutan belantara nan lebat di arah utaranya. Diputar arah langkah kakinya ke arah hutan lebat itu. Mungkin ada buah-buahan yang bisa dipetik untuk mengganjal perut, pikirnya.

Usman adalah seorang nelayan dari kepulauan Maluku. Badannya tinggi kekar , berkulit sawo matang dengan dada bidang. Sudah 20 tahun dia mencari nafkah sehari-hari dengan menangkap ikan di laut.Umur Usman 34 tahun.Kumisnya yang simpatik sangat mengundang perhatian wanita. Matanya yang hitam dan rambutnya yang ikal membuat dia semakin kelihatan tampan. Terbayang kembali wajah istri dan anak-anaknya yang pasti lagi menunggu di rumah. Pasti mereka cemas sekali, pikirnya. Kemarin malam ada badai topan yang besar, hingga dia kehilangan kendali perahu penangkap ikannya sampai dia terdampar di pulau asing ini. Mungkin pulau ini di dekat Irian Jaya. Mungkin dekat Papua Nugini.Tapi dia masih terlalu capek untuk memikirkan di mana dia sebenarnya. Yang dipikirkannya adalah rasa lapar dan hausnya.



Belum sampai sesaat dia berjalan menelusuri hutan lebat itu, tampak segerombolan orang-orang berkulit hitam mengelilinginya. Mereka bermunculan dari arah pepohonan. Dihitungnya jumlah orang-orang itu. Satu..dua..tiga... empat..tujuh orang. Tujuh pria dewasa berbadan kekar penuh otot dengan sebatang tombak di tangan dan sehelai cawat sebagai penutup alat kelaminnya. Tubuh mereka hitam legam terpanggang terik sinar matahari. Rambut mereka keriting, dengan mata hitam besar menantang. Ternyata suku liar penghuni pulau ini. Berbahasa Indonesiakah mereka, pikirnya. Tetapi tangannya sudah disergap dari belakang oleh dua pemuda tegap berbadan besar. Tanpa berani berontak, dia membiarkan tangannya diikat dari belakang dengan tali goni.

" Mug jah dsi or guh fam nha?" kata seorang pria yang maju , mungkin kepala suku, karena cat di mukanya lebih banyak dan aksesori di tangannya lebih semarak.

Usman diam saja. Dia tak mengerti apa yang pria hitam itu katakan. Kedua lengannya masih dicengkeram hebat dari belakang oleh kedua pemuda setengah telanjang itu.
" Mah ghu tay re bu na sah?" katanya lagi. " Guh je rag khu nuy vag dhuy op luin nas?"
Lelaki itu beranjak maju sambil menaruh kedua telapak tangannya ke dada Usman . Dengan kasar dia membuka baju Usman. Usman diam saja tak bergeming, mungkin takut ditusuk dengan tombak. Hatinya dag dig dug tak menentu. Apa sih yang dia mau?

Tangan si kepala suku itu membelai-belai dada bidangnya, kemudian bergerak ke arah puting susunya yang sebelah kiri. Si kepala suku kemudian memijit-mijit puting susu itu dan menjilatnya dengan lidahnya. Usman terpana, tapi diam saja. Lelaki itu kemudian menghisap dan menggigit gigit puting susunya itu. Lalu sebelah kanan juga, sehingga kedua puting susu Usman membengkak merah. Menegang.

Tangan si kepala suku itu bergerak kebawah ke arah pusarnya. Lalu berhenti di depan kontol Usman. Di bukanya celananya dan dilorotkannya hingga Usman telanjang bulat. Kontol Usman pun terlihat karena dirinya sudah telanjang. Kontol Usman panjangnya kira-kira 12 cm, dan sudah disunat. Warnanya coklat. Bentuknya seperti pisang ambon bergantung di antara kedua buah zakarnya. Malu sekali rasanya, dilihat oleh seluruh pemuda-pemuda disekelilingnya itu. Ditatapnya sekelilingnya. Ternyata pemuda-pemuda itu semuanya sedang menatap ke arah kontolnya yang ter"expose". Rasa malunya pun berlalu sudah ketika kepala suku itu memegang kontolnya itu dan berjongkok dihadapannya.

" Hha Ke aay lam nuh juh gak,......HUUUII ,.....HUUUII.....!!!!," teriak si kepala suku itu seperti kerasukan setan sambil memegangi batang kontol Usman dan memijit-mijitnya kepalanya yang lunak berbentuk seperti helm.

Usman menutup matanya, ngeri. Lima detik kemudian, dirasakannya ada rasa hangat yang menyelimuti batang kontolnya itu. Masih takut, diliriknya ke arah bawah. Ternyata kontolnya itu sudah masuk ke dalam mulut kepala suku itu. Usman merasa aneh dan jijik seketika, tapi lama-kelamaan menjadi biasa. Dia pun sedikit terangsang. Ini dapat dibuktikan dengan dirasakannya kontolnya sendiri yang menjadi tegang seiring dengan hisapan demi hisapan kuat oleh kepala suku itu. Kontolnya perlahan lahan menegang naik dan mengacung ke arah atas. Si kepala suku terus menghisap hisap dan menjilat jilat buah pelernya yang berbulu lebat itu. Rasanya nikmat sekali.

Ternyata si kepala suku itu ingin minum air peju Usman. Hisapan demi hisapan oleh mulut lelaki itu dinikmatinya dengan masih takut -takut. Akan digigitkah kontolnya hingga putus sehabis dia puas menghisap, pikirnya.

Sebenarnya dia sudah pasrah ketika si kepala suku ini membuka celananya. Ini sudah diketahuinya sejak dulu , cerita nenek moyangnya kalau ada sebuah pulau di dekat Papua Nugini yang penduduk lelakinya sangat aneh. Anak-anak lelaki dan pemuda pemuda yang tinggal di pulau itu semuanya tumbuh besar dengan minum air peju lelaki dewasa. Pada umur 14 tahun, mereka harus menghisap kontol bapak kandungnya sendiri dan minum seluruh air peju yang dikeluarkan sebagai tanda kedewasaan diri. Sesudah umur 17 tahun, mereka harus menghisap dan dihisap oleh saudara kandungnya yang lebih dewasa, ataupun kakek sendiri, ataupun tetangga -tetangga. Menghisap itu selalu diakhiri dengan minum air peju. Upacara adat selalu ditandai dengan hisap-hisapan kontol.

Usman memejamkan matanya. Hisapan demi hisapan dinikmatinya sampai.."Ahh..ennnggghh..enghhh..aaaa" rintih Usman mencapai klimaksnya dan siap menembakkan air pejunya. Nafsu berahinya sudah sampai ke ubun-ubun dan kepala kontolnya menyebabkan dia menggeliat geliat seperti cacing kepanasan. Dengan menyodokkan pantatnya ke depan, Usman menembakkan air maninya di dalam mulut kepala suku itu. Kepala suku itu diam saja sambil memejamkan matanya menikmati aliran air peju Usman di dalam mulutnya. Diteguknya cairan kental putih yang panas itu ke kerongkongannya.Terdengarlah tepukan tangan disekelilingnya disertai dengan riuh hura-hura pemuda -pemuda yang datang mendekat sambil berjingkrat-jingkrat mengerumuni mereka. Semuanya tampak terkesima menatap si kepala suku sedang meneguk air peju Usman . Banyak juga air peju yang ditembakkan Usman sampai ada yang mengalir keluar dari samping mulut si kepala suku dan mengalir ke dagunya.

Si kepala suku kemudian membuka matanya. Beranjak naik sambil menatap mata Usman.
" Huys juh ge kah ," kata si kepala suku sambil mencium kening Usman.

Pasti dia berterima kasih, pikir Usman. Usman yang baru selesai klewi masih sangat lemah lunglai karena sudah menembakkan air peju yang banyak. Dia pun pasrah ketika sekelompok pemuda itu mengikat kedua tangan dan kakinya pada sebuah tiang dan diangkut oleh dua pemuda. Mereka berjalan beriringan ke arah desa mereka. Setelah rasanya berjam -jam, sampailah mereka ke desa suku liar itu.

Usman yang masih telanjang dibawa ke sebuah gubuk kecil di tengah kompleks desa mereka. Sangat asri sekali. Di perhatikannya sekelilingnya. Tiada seorang wanita pun yang tampak. Semuanya lelaki hitam tegap berotot setengah telanjang, berlalu lalang sambil meliriknya. Semuanya hanya memakai sehelai cawat sebagai penutup aurat. Seorang pemuda masuk ke dalam gubuknya sambil membawa sehelai kain . Wajahnya sangat tampan dan kulitnya agak putih dibanding dengan yang lainnya. Usman dibersihkan dengan minyak zaitun yang wangi harum. Selesai mandi, Usman dipakaikan kain itu sebagai cawat penutup. Karena haus, Usman menggerakkan tangannya membuat isyarat untuk meminta minum sambil menunjuk ke mulutnya. Pemuda yang tampan itu hanya mendengus. Tanpa berkata apa-apa, pemuda itu langsung keluar dari gubuk. Karena kelelahan, Usman pun tertidur.

Malam itu, Usman disuruh keluar dari gubuknya. Dua orang pemuda mengantarnya ke sebuah gubuk lain yang lebih besar. Didalamnya hanya ada penerangan dengan batang-batang lilin. Sesampainya di dalam, tangannya kembali diikat di belakang. Mungkin takut lepas, pikirnya. Meskipun agak gelap, tetapi Usman masih dapat menatap para "penculik"nya. Ada lima pemuda hitam kribo yang tegap berotot mengelilinginya. Mereka hanya mengenakan sehelai cawat. Semuanya menatapnya dengan pandangan aneh. Terasa ada aliran mistik campur erotis di dalam gubuk itu, hingga membuat semua bulu kuduk Usman berdiri seketika.

Seorang pemuda dengan bulu dada yang lebat maju dan membuka cawatnya sehingga kontol yang bersembunyi di balik kain mini itu keluar . Kontolnya besar sekali, lebih kurang ada 15 cm panjangnya. Tegang lagi. Dan sudah disunat pula. Kepalanya yang berbentuk seperti jamur besar berwarna kemerahan.Buah pelernya juga besar sekali, sebesar biji jeruk. Bulu-bulu jembutnya sangat lebat dan panjang menutupi biji peler, di pangkal batang kontolnya hingga ke pusar, dan tumbuh sampai ke pangkal kedua pahanya. Usman menelan ludahnya. Pemuda itu mengocok kocok kontolnya sendiri lalu dibimbingnya batang kontol yang lagi tegang itu ke bibir Usman yang dipaksa bersimpuh di atas tanah di bawahnya.

Usman tahu kalau itu adalah isyarat kalau dia harus menghisap kontol pemuda itu. Hatinya sudah pasrah, takut di bunuh. Terpaksa dia menuruti perintah pemuda itu. Tanpa sungkan lagi, diapun membuka mulutnya dan memasukkan seluruh batang kontol raksasa itu ke dalam mulutnya. Usman pun meemulai gerakan menghisap. Si pemuda itu terus menghujamkan kontolnya ke mulut Usman, maju mundur. Tapi belum lama dia menghisap, seorang pemuda lain sudah memegang pantat Usman dari belakang. Dirasakannya sebuah jari menyelusup ke lobang anusnya. Serasa menusuk-nusuk. Usman menggeliat geliat sedikit tanpa menghentikan gerakannya mengisap.

Tiba tiba sebatang kontol sudah dipaksakan ke dalam lubang anusnya. Sakit sekali. Usman memejamkan matanya sambil menahan perih dan sakit yang amat sangat, seperti disengat lebah raksasa, hingga air matanya pun menetes keluar, tapi dihiraukannya. Cress. Seluruh batang kontol itu terasa sudah berada di dalam lobang anusnya. Terasa adanya bulu-bulu jembut kasar yang menempel di depan pantatnya.

Degan sigap, pemuda yang di belakangnya itu mulai mengentotnya dari belakang. Sakit sekali, Usman mendesah dalam hati. Sesekali dirasakannya kedua buah peler pemuda yang mengentotnya dari belakang itu menghantam pantatnya. Tapi sakit itu makin lama berubah menjadi nikmat. Apalagi pemuda yang lagi mengentotnya itu memeluk dirinya sambil mempermainkan puting susu Usman hingga kemerahan karena dipijit-pijit. Kontol Usman yang menjadi tegang itu pun dikocokin dengan tangan nya dari belakang. Usman sudah sangat terangsang. Berdosakah dia karena dia sangat menikmati hubungan sesama jenis ini?

Entahlah setan apa yang telah merasukinya, tetapi hubungan seksual sesama lelaki yang merupakan pengalaman pertamanya ini, menjadi hal yang merangsang nafsu birahinya. Entahlah ini merupakan hal yang alami atau tidak, tapi dia menikmati sekali rasanya di entotin dengan kontol dari belakang, sementara dia menghisap kontol pemuda lain. Pemuda yang kontolnya sedang dihisap Usman pun sudah mengeluarkan "precum" yang beraturan skalanya. Cairan encer ini terasa asin, tapi dapat mengatasi dahaganya.

Usman pun semakin gencar menghisap hisap untuk mendapatkan cairan demi cairan itu.Terkadang Usman berhenti untuk menjilatinkantung buah zakar pemuda itu yang berbulu lebat. Di masukkannya kedua biji peler yang tergantung itu bergantian ke dalam mulutnya dan dikulum kulumnya dengan nafsu.Lalu dimasukkannya lagi batang kontol ke mulutnya. Dihisap-hisapnya lagi lebih cepat.

Kegiatan seksual ini berlangsung hingga kira-kira 10 menit, hingga si pemuda yang di hisap kontolnya sama Usman mencapai klimaksnya. Semprotan demi semprotan air peju panas itu pun membanjiri kerongkongan Usman yang memang sangat haus sekali. Usman yang memang haus itu terus menghisap dan menghisap hingga air pejunya keluar semuanya. Tak tersisa. Air peju panas itu diteguknya beberapa kali untuk membasahi kerongkongannya yang sangat kering.

Sedangkan pemuda yang agak gemuk berisi yang sedang mengentot Usman dari belakang pun mencapai klimaksnya bersamaan dengan muncratnya peju Usman yang ber kali-kali terbang hingga ke dinding gubuk. Dirasakannya juga kontol pemuda yang mengentotnya dari belakang menembakkan air peju hangat ke dalam lobang anusnya hingga dirasakannya mengalir keluar dari dinding lobang anusnya.

Pemuda ketiga yang lebih pendek maju menyodorkan kontolnya ke mulut Usman untuk dihisap.

Kontol pemuda pendek ini lebih kecil dibanding dengan yang pertama, tetapi lebih gemuk dan berurat. Usman pun membalasnya dengan memasukkan kontol pemuda itu ke dalam mulutnya dan menghisapnya. Dihisap-hisapnya kontolnya itu hingga memuncratkan air pejunya yang segera ditelannya semua.

Pemuda ke empat dan kelima juga melakukan hal yang sama. Tapi kali ini, Usman lebih berani, dengan mulai mengelus ngelus dada pemuda yang lagi dihisapnya. Usman pun mulai berani memegang puting susu pemuda - pemuda itu, sambil meremas -remasnya. Puting susu mereka lebih besar dan lebih hitam warnanya. Ternyata pemuda pemuda itu pun menyukai hal yang dilakukannya.

Kegiatan ini berlangsung hingga dini hari, dan setelah kelelahan , mereka pun tertidur semua.



1 komentar: