Home » » Elang - Menjadi Gay

Elang - Menjadi Gay




Katanya jika menulis di sini harus menceritakan kenapa menjadi gay. Makanya aku akan ceritakan kenapa aku jadi gay. Sebenarnya malu. Tetapi disuruh menulis seolah-olah curhat dalm bentuk tulisan. Semoga saja curahan hati ini dapat dimengerti pembaca.

Ayah ibu kandungku adalah seorang guru PNS. Alm. Ayah dan alm. Ibu membangun rumah di tanah warisan yang cukup luas.  Ayah meninggal saat aku kelas 1 SD diduka karena terkena racun ular saat memancing. 2 tahun kemudian alm. ibu menikah dengan bapak saat aku kelas 3 SD dan ibu meninggal saat aku kelas 5 SD karena sakit. Setelah itu aku dirawat oleh bapak.

Bapak tiriku ini sebenarnya tetangga sebelah kanan rumah kami. Dia seorang guru juga. Rumahnya pas bersampingan dengan ruamh kami. Dia membeli tanah dari bibiku yang juga mewarisi tanah tersebut. Rumah bapak baru selesai di bangun saat ayah meninggal. Bapak sendiri sebenarnya anak orang kaya di kabupaten sebelash dan tinggal ditinggal mati istrinya sebelum kepindahannya kesebelah ruamh kami.

Mungkin karena senasip ditinggalkan oleh suami dan istri mereka ahirnya bapak menikahi ibu. Walau sayang hanya 3 tahun saja usia pernikahan mereka.

Kenapa aku harus menceritakan keluargaku sebelum menceritakan kenapa aku menjadi gay ini? Karena alasannya yang menanam bibit gay ini adalah bapak tiriku ini.

Awalnya setahun sebelum ibu meninggal, ibu sering sakit-sakitan. Sudah berobat kemana-mana tidak pernah sembuh. Tubuhnya jadi sangat kurus. Sebagai laki-laki yang masih cukup muda yang jelas bapak masih memiliki gairah sex yang besar. Tetapi karena istri yang dia nikahi sakit makanya anak tirinyalah yang menanggungnya.

Siang itu setelah pulang sekolah aku di suruh melayani hawa napsu bapak di dapur belakang dimana dapur terpisah dari rumah induk. Keluar dari kamar mandi bapak membekap mulutku dan mengacungkan celurit ke leherku. Bakap juga mengancamku. Di dapur dekat kamar mandi itu bapak melampiskan sexnya kepadaku.

Sambil menutup mulutku tangan bapak melorotkan celana sekolahku dan celananya sendiri. Aku di tidurkan di tempat tidur yang terbuat dari bambu yang ada di dapur. Dengan susah payah bapak mencoba memasukkan penisnya ke dalam anusku. Yang jelas rasanya sakit sekali menerimanya (saat itu). Setelah puas tidak lupa bapak mengancamku dengan alasan akan membunuh ibu.

Gara-gara itu kejadian-kejadian itu terus berulang. Seminggu bisa 2-5 x terjadi. Hingga aku sudah lupa bagaimana rasanya sakit di sodomi itu. Rasanya setelah berulang-ulang terjadi sudah tidak sakit lagi. Hingga ibu meninggal hal itu malah berkelanjutan.

Tidak ada ancama akan membunuh ibu lagi dia berganti ancaman akan memasukkanku ke pondok pesantern. Bapak bercerita di pesantern aku akan digilir di sodomi seperti bapak menyodomiku (cerita bohong bapak). Makanya walau ibu sudah meninggal aku masih menjadi pelampisan sex bapak.

Sebenarnya bapak itu sangat baik kepadaku. Bapak selalu menyimpan uang pensiun ayah dan ibuku yang masih aku terima hingga sekarang. Bapak juga tidak mengambil harta peninggalan kedua orang tuaku sedikitpun. Setalah dia menikah dia tinggal dirumahnya sendiri yang berada di sampingku. Hanya masalah sex saja yang bapak tidak baik.

Bapak menyunatkanku saat aku akan masuk SMP. Saat sunatanku itu bapak sama sekali tidak menyodomiku karena saat itu eyang (ayahnya bapak) tidur dirumahku dan aku juga tahu perbuatan mereka berdua bapak dan eyang di rumahku (sex sejenis).

Setalah sekian minggu eyang tinggal dirumahku, seminggu sebelum pulang eyang ikut-ikutan mencicipi tubuhku. Setelah sekian minggu tidak di setubuhi bapak sekarang eyang yang menyetubuhiku. Tidak seperti bapak yang saat menyetubuhiku langsung tubruk, tetapi eyang memberikan pelayanan yang sangt memuaskan. Dari dilalah aku pertama kalinya menikmati kenikmatan di sodomi. Disaksian bapak secara langsung aku menikmati disodomi oleh eyang.

Eyang memulainya dengan menyedot-nyedot kedua puntingku, penisku dan pantatku. Rasanya sangatlah enak. Baru hari itu aku mendapat kenikmatan seksual. Biasanya hanya sakit di pantan dan baru hari itu aku baru menimati keindahan dan kenikmatan disodomi. Membuatku melayang-layang indah.

Dari ruang duduk televisi aku diangkat oleh bapak ke kamar. dikmar itulah eayang memuaskan hasratku lagi. Bapak hanya menyksiakan hubungan kami di  kursi belajarku. Bapak hanya melihat saja tanpa melakukan apapun.

Malam itu bukan eyang saja yang mengeluarkan carian putih kental tetapi malam itu baru pertama kalinya aku juga mengeluarkannya. Saat mau keluar terasa sekali kenikmatannya. Walaupun sedikit kaget.

“kamu baru merasakan kenikmatan beginian le (nak)? Apa bapakmu itu tidak pernah memberikan hal seperti ini.” Kata eyang saat itu dan aku hanya menggeleng saja. Setelah itu eyang ke bapak dan memarah-marahi bapak. Bapak hanya diam menunduk tanapa bicara. Eyang sambil marah-marah menampar wajah bapak, meremas sealangkangan bapak dan dengan penggaris kayu Eyang memukul bapak. Aku hanya diam saja menyaksiaknnya.

“maafkan bapak mu yang egois ini le (nak)? Eyang tahu kalu kamu di sodomi tapi Eyang tidak pernah tahu kalu kamu diperlakukan sesuka hati oleh bapakmu yang bejat itu. Mungkin ini saatnya kamu yang menerima kenikmatan itu.” Seperti itulah eyang berbicara padaku hari itu. Aku kurang ingat tetapi hampir mendekatilah walau dulu pakai bahasa jawa yang kental (soalnya diblog ini katanya ga boleh pakai bahasa daerah).

Malam itu Eyang membimbingku menyetubuhi bapak. Di ranjang bapak yang bisanya menyetubuhiku sekarang aku menyetubuhi bapak. Menikmati namanya menyetubuhi orang pertama kali. Eyang hanya menyuruhku dan aku melakukannya pada bapak. Dimulai dari ciuman bibir, ketiak, punting susu, perut, penis hingga jempol kaki semua aku turuti. Bapak hanya mengerang-ngerang kenikmatan.

Setelah malam itu aku dan bapak semakin akrab. Kami melakukan hubungan itu hampir setiap minggu. Seminggu bisa 2-5X. Terkadnag aku yang di atas terkdang aku di bawah. Awalnya bapak yang dominan setalah semakin dewasa aku yang lebih dominan dan yang lebih sering meminta kepada bapak.

Aku juga ingat bapak memiliki beberapa pasangan gay. Terkadang aku ikut bermain dengan mereka. Walau lebih sering menghindar.

Pasangan gay bapak yang paling lama adalah om tomo. Dia adalah duda tanpa anak. Awal menikah dia langsung mengontrak rumah di rumah bapak yang ada di samping rumahku. Lalu tak berapa lama istrinya meninggal dalam kecelakaan.

Entah bagai mana mereka jadian dan jadi pasanggan gay yang jelas saat kelas 2 SMP kami sering bersama. Selain rumah kami berdekatan kami semua tidak memiliki keluarga. Hanya om tomo saja pasangan gay bapak yang berani meminta pelayanan sex kepadaku tanpa harus meminta kepada pamanku. Terkadang aku pulang sekolah juga berani meminta pelayanna sex kepada om tomo.

Dari sanalah aku berubah menjadi gay. Dari kehidupan itu aku menjadi tidak pernah memiliki perasaan sexsual kepada wanita. Hingga aku masuk perkuliahan sekarang. Awalnya memang aku semakin liar tetapi karena suatu hal ahirnya aku ingin tobat, walaupin itu sulit. Aku tidak pernah menyalahkan masa laluku, aku hanya berusaha berubah dan keluar dari dunia gay ini.

0 komentar:

Posting Komentar